The Next American President (NAP)

By July 28, 2016 ,

Merdeka.com - Donald Trump resmi ditetapkan sebagai calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik. Konvensi partai hari kedua tadi malam di Kota Cleveland, Ohio, berjalan mulus bagi sang konglomerat bisnis kasino dan properti itu.
Pada perhelatan hari pertama, masih ada ratusan anggota partai anti-Trump yang berupaya memaksakan pemilihan ulang. Namun pada akhirnya, jumlah delegasi super yang diperoleh Trump melebihi 1.237, sangat mutlak. Dukungan buat Trump dalam pemilihan pendahuluan mencapai 13 juta suara, terbesar sepanjang sejarah Partai Republik. Kepastian Trump menjadi kandidat presiden sudah diperoleh sejak dua bulan lalu.

"Merupakan kehormatan luar biasa dipercaya menjadi calon presiden AS dari Partai Republik. Saya akan bekerja keras dan tak akan membuat kalian kecewa. Saya akan mengutamakan Amerika," kata Donald Trump melalui akun Twitternya, seperti dilansir Aljazeera, Rabu (20/7).

Perjalanan politik Trump sepanjang tahun ini mengejutkan semua pengamat. Dia awalnya diprediksi hanya akan menjadi peramai suasana. Siapa sangka, calon konservatif dengan dukungan politik dan dana lebih besar seperti Jeb Bush, Ted Cruz, Marco Rubio, hingga John Kasich semuanya tersingkir gara-gara gaya Trump yang berangasan.

Konvensi pencapresan Trump diwarnai aksi walk out (c) 2016 Merdeka.com

Trump sejak awal menjual kontroversi dan provokasi yang terasa ekstrem bahkan untuk standar kalangan sayap kanan Negeri Paman Sam. Dia memanfaatkan sentimen kemarahan yang sedang melanda rakyat (terutama kulit putih) AS akibat stagnasi ekonomi tiga tahun terakhir era Presiden Barack Obama.

Trump menyalahkan imigran Meksiko sebagai pemicu banyaknya narkoba yang beredar serta tingginya statistik pemerkosaan di AS. Selanjutnya sasaran Trump adalah kelompok muslim Amerika, yang dituding membiarkan aksi teror terus berlanjut. Dia sempat melontarkan ide melarang semua orang beragama Islam masuk ke AS tanpa kecuali, walau kemudian meralatnya sendiri.

Trump dijadwalkan memberi pidato panjang setelah resmi menjadi calon presiden pada Kamis (21/7) mendatang.

Sebelumnya diberitakan, sebagian anggota partai menyerukan mekanisme 'roll call' - alias pemungutan suara ulang - supaya Trump tidak melenggang begitu saja menjadi capres. Mereka berteriak di arena konvensi serta melakukan aksi Walk Out.

Dukungan untuk roll call disuarakan oleh delegasi dari negara bagian Utah, Colorado, serta Virginia. "Semua peraturan ini seakan memaksa kami memilih Donald Trump," kata Kendal Unruh, delegasi dari Colorado.

Namun belakangan tiga delegasi mencabut tuntutan roll call. Kemungkinan besar ada lobi dari pihak Trump, meyakinkan anggota partai lainnya, lebih baik bersatu menghadapi Hillary Clinton dari Partai Demokrat pada pemilu November mendatang.

"Saat ini kita tidak butuh perpecahan, kita sedang sangat butuh bersatu," kata Johnny MacMahan, delegasi partai dari Arkansas yang mendukung Trump.

Sepak terjang Trump selama konvensi banyak memicu kontroversi. Kemarin, tak sekadar menghadapi ancaman penggulingan, sang istri Melania Trump dituding menjiplak pidato Ibu Negara Michelle Obama. banyak kata-kata dalam pidato Melania menyerupai, bahkan sama persis dalam bahasa Inggris, dengan sambutan Michelle Obama pada Konvensi Partai Demokrat tahun 2008. Tak sedikit netizen Amerika Serikat meramaikan tudingan itu dengan membuat video pendek membandingkan langsung pidato Melania dengan Michelle.
[ard]

You Might Also Like

0 Comments

Terimakasih anda telah mengunjungi blog saya, Semoga Anda mendapatkan manfaat dan mohon tunjuk ajarnya dengan sopan